Kamis, 22 Desember 2011

Perencanaan dalam Perspektif Islam dan Implikasinya dalam Kehidupan


Dalam berbagai literatur Ilmu Manajemen ditemukan berbagai definisi mengenai arti sebuah manajemen. Namun, definisi yang lebih menunjukkan sebuah proses yang terjadi dalam sebuah manajeman adalah definisi yang dibuat oleh Ricky W. Griffin yang mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien. Mengacu pada urutan proses manajemen tersebut, maka perencanaan adalah proses yang paling awal dan menentukan langkah menuju sasaran dari manajemen itu sendiri.
Dalam pengertian yang luas, perencanaan sangat terkait dengan proses evaluasi yang dilakukan terus menerus baik selama proses manajemen itu berjalan atau hingga tercapainya sasaran manajemen tersebut. Dengan perannya yang sangat menentukan tersebut, perencanaan dianggap penting karena akan menjadi penentu dan ketercapaian tujuan. Pentingnya perencanaan tersebut semakin mengukuhkan korelasi timbal balik bahwa perencanaan yang baik berkorelasi positif dengan pencapaian tujuan suatu organisasi.
Aspek Perencanaan dalam Islam
Terkait dengan arti dan kedudukan perencanaan dalam organisasi dalam ranah kajian keilmuan dan praktisi keorganisasian, maka perlu dilontarkan pertanyaan: “Apakah Islam dalam Al-Qur’an mengajarkan dan mengkaji masalah perencanaan ini?”
Jawaban yang paling awal yang disodorkan adalah ayat berikut ini:
“Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam Al kitab. Kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpun.” ( QS. Al An’am, 38)
Lalu jawaban yang terkait langsung dengan pertanyaan di atas adalah ayat berikut ini:
“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” ( Surat Al-Hasyr, ayat 18 ).
Soejitno Irmin dalam buku Kepemimpinan Melalui Asmaul Husna manafsirkan atas ayat tersebut bahwa: Allah sebagai pencipta, Allah sebagai Perencana semua makhluk ciptaannya, Allah adalah Maha Merencanakan, Al-Bari, sifat tersebut jika diamalkan secara substantif seharusnya menjadi inspirasi bagi umat islam terutama para manajer atau pemimpin. Karena pada dasarnya manajer atau pemimpin yang harus mempunyai banyak konsep tentang manajemen termasuk di dalamnya perencanaan. Pemimpin yang baik adalah yang mempunyai visi dan misi, dan membangun kedua hal tersebut agar berjalan sesuai dengan tujuan bersama. Visi dan misi merupakan hasil dari perencanaan yang baik dan matang.
Al-Ghozali menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : bahwa manusia diperintahkan untuk memperbaiki dirinya, untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt, dimana proses kehidupan manusia tidak boleh sama dengan kehidupan yang sebelumnya (kemarin). Di samping itu kata perhatikanlan menurut Iman Al-Ghazali mengandung makna bahwa manusia harus memperhatikan dari setiap perbuatan yang dia kerjakan, serta harus mempersiapkan diri (merencanakan) untuk selalu berbuat yang terbaik demi hari esok.
ImamAl-Jauhary; menafsirkan ayat tersebut sebagai salah satu bentuk dari manusia untuk selalu intropeksi diri atas segala sesuatu yang dia perbuat, perbuatan manusia harus difikirkan (direncanakan) agar tidak rugi dalam hidupnya sehingga beliau menafsirkan Surat Al-Hasyr Ayat 18 tersebut dengan surat At-Tinn yaitu sebagai berikut :
“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya, maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu?”( Surat At-Tiin, ayat : 4-7 )
Manusia harus kembali ke Tuhan-Nya dengan selamat dan sejahtera proses selamat tersebut harus dimulai dari dunia ini yang diwujudkan dengan tingkah laku yang baik, sesuai dengan apa yang tercantum dalam surat Al-Hasyr ayat 18 tersebut yaitu Kata: ” hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dalam surat tersebut,”dan kata itu menekankan adanya perencanaan yang baik dalam diri manusia atas segala tindakan selama di dunia sehingga ia akan mendapatkan keselamatan di akhirat nanti.
Choiruddin Hadhiri. SP, dalam bukunya “Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an”, menyatakan : “Dalam setiap langkah gerak , manusia harus instrospeksi memperhatikan apa-apa yang telah diperbuatnya untuk kebaikan masa depan, dengan kata lain berarti manusia harus memiliki rencana, sehingga manusia hidupnya terarah dan tidak terjerumus ke lubang yang sama”.
Quraish Shihab dalamnya tafsir “al-Misbah”, dari ayat tersebut mengenai perencanaan beliau mengatakan bahwa kata wantandur’ nafsuma koddamat liqe’dim mempunyai arti bahwa manusia harus menfikirkan terhadap dirinya dan merencanakan dari segala apa yang menyertai perbuatan selama hidupnya, sehingga ia akan memperoleh kenikmatan dalam kehidupan ini. Jika proses perencanaan telah dilakukan oleh Allah semenjak penciptaan manusia.
Implikasi Perencanaan
Dari penjelasan dan penafsiran tersebut dan implikasinya terhadap manajemen akan memberikan pemahaman bahwa proses perencanaan yang baik berlandaskan pendekatan Agama Islam pada Surat Al-Hasyr Ayat 18 dapat menciptakan proses menajemen yang baik (ideal). Perencanaan dalam menajemen adalah landasan utama untuk mencapai sebuah tujuan yang baik, sehingga perencanaan yang baik-lah yang akan menghasilkan tujuan yang baik.
Perencanaan merupakan proses untuk menentukan ke mana harus melangkah dan mengidentifikasi berbagai persyaratan yang dibutuhkan dengan cara efektif dan efisien, sehingga perencanaan sesuai yang diinginkan dalam Surat Al-Hasyr, ayat :18, mengandung enam pokok pikiran yaitu: Pertama, perencanaan melibatkan proses penetapan keadaan masa depan yang diinginkan. Kedua, keadaan masa depan yang diinginkan dibandingkan dengan kenyataan sekarang, sehingga dapat dilihat kesenjangannya. Ketiga, untuk menutup kesenjangan perlu dilakukan usaha-usaha. Keempat, usaha untuk menutup kesenjangan tersebut dapat dilakukan derngan berbagai ikhtiar dan alternative. Kelima, perlu pemilihan alternative yang baik, dalam hal ini mencakup efektifitas dan efesiensi. Keenam, alternative yang sudah dipilih hendaknya diperinci sehingga dapat menjadi petunjuk dan pedoman dalam pengambilan keputusan maupun kebijaksanaan.
Dengan implikasi perencanaan yang benar, maka langkah awal dari sebuah tatanan proses manajemen sudah terumus dan terarah dengan baik. Perumusan dan arah yang benar merupakan bagian yang terbesar jaminan tercapainya tujuan. Dan jika yang diinginkan itu adalah sebuah kebaikan, maka kebaikan itulah yang siap untuk digenggam dan dinikmati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar